Ketika Pasangan Justru Membuka Luka Lama: Mengapa Kita Menarik Trauma dalam Hubungan?

Lina termenung. Hubungannya dengan Andre terasa membingungkan. Kadang Andre sangat manis, tetapi di lain waktu, ia menjauh tanpa alasan. Setiap kali itu terjadi, ada rasa takut yang menghantui Lina, seperti anak kecil yang takut ditinggalkan.

Lina tidak sendirian. Banyak orang merasa terjebak dalam pola hubungan yang sama berulang kali. Mengapa ini bisa terjadi?

Ketika Luka Lama Bertemu dengan Cinta Baru

Hubungan romantis bukan hanya membawa kebahagiaan, tetapi juga bisa membuka luka yang belum sembuh. Tanpa sadar, kita tertarik pada pasangan yang pola hubungannya mirip dengan masa lalu kita.

Lina tumbuh dengan ayah yang jarang hadir. Ia terbiasa berusaha keras untuk mendapatkan perhatian. Sekarang, dalam hubungannya dengan Andre, ia merasa harus membuktikan bahwa ia pantas dicintai.

Ini adalah contoh bagaimana trauma masa lalu bisa membentuk cara kita memilih pasangan dan berelasi.

Kenapa Kita Menarik Pasangan yang Memicu Trauma?

1. Familiar Itu Nyaman

Otak cenderung mencari sesuatu yang terasa akrab, bahkan jika itu menyakitkan. Jika kita tumbuh dalam lingkungan penuh ketidakpastian, kita bisa tanpa sadar memilih pasangan yang juga menciptakan perasaan yang sama.

2. Proyeksi Luka Lama

Terkadang, bukan pasangan kita yang bermasalah, tetapi ketakutan kita sendiri. Jika pernah dikhianati, kita mungkin menjadi sangat curiga—bahkan pada pasangan yang sebenarnya setia.

Lina pernah diselingkuhi. Sekarang, setiap kali Andre terlambat membalas pesan, ia merasa panik, takut ditinggalkan lagi.

3. Trauma Bonding

Hubungan naik-turun yang intens bisa terasa seperti “ketagihan.” Siklus sakit dan rekonsiliasi menciptakan ilusi cinta yang mendalam, padahal sebenarnya itu adalah pola tidak sehat.

4. Hubungan Memunculkan Luka Lama

Saat kita merasa aman dalam hubungan, luka yang dulu terpendam bisa muncul ke permukaan. Ini bukan karena pasangan buruk, tetapi karena akhirnya kita merasa cukup stabil untuk menghadapi trauma yang selama ini ditekan.

Bagaimana Keluar dari Pola Ini?

  • Sadari Polanya – Tanyakan: apakah ini tentang pasangan atau tentang luka lama yang belum sembuh?
  • Berani Memproses Trauma – Melalui refleksi, jurnal, atau terapi, kita bisa memahami dan melepaskan emosi lama.
  • Bangun Hubungan Sehat – Cinta sejati tidak membuat kita merasa harus berjuang untuk diterima.
  • Cari Bantuan Jika Perlu – Terapi seperti CBT atau hipnoterapi bisa membantu melepaskan trauma yang masih membayangi.

Hubungan Sebagai Cermin Diri

Lina akhirnya menyadari, ketakutannya bukan berasal dari Andre, tetapi dari luka masa kecilnya. Ia mulai menetapkan batasan yang sehat dan belajar bahwa cinta bukan tentang berusaha keras untuk diterima, tetapi tentang saling menghargai.

Trauma masa lalu tidak harus menentukan masa depan kita. Dengan kesadaran dan usaha, kita bisa membangun hubungan yang lebih sehat—bukan untuk mengulang luka lama, tetapi untuk menciptakan kisah baru yang lebih baik.


Daftar Pustaka

  • Hendrix, H. (1988). Getting the Love You Want: A Guide for Couples. St. Martin’s Griffin.
  • Levine, A., & Heller, R. (2010). Attached: The New Science of Adult Attachment and How It Can Help You Find—and Keep—Love. TarcherPerigee.
  • Gibson, L. C. (2015). Adult Children of Emotionally Immature Parents: How to Heal from Distant, Rejecting, or Self-Involved Parents. New Harbinger Publications.
  • Porges, S. W. (2011). The Polyvagal Theory: Neurophysiological Foundations of Emotions, Attachment, Communication, and Self-Regulation. W. W. Norton & Company.
  • Schwartz, R. (2021). No Bad Parts: Healing Trauma and Restoring Wholeness with the Internal Family Systems Model. Sounds True.
  • van der Kolk, B. (2014). The Body Keeps the Score: Brain, Mind, and Body in the Healing of Trauma. Viking.

Penulis : Leonardus Devi

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *