Kenapa Kita Sering Menyalahkan Diri Sendiri? Memahami Inner Critic

Kisah Sehari-hari

Bayu baru saja gagal dalam wawancara kerja. Sepanjang perjalanan pulang, kepalanya dipenuhi suara-suara seperti:
“Kamu memang gak pantas.”
“Kenapa jawabannya jelek banget? Harusnya kamu bisa lebih baik.”
“Orang lain pasti lebih pintar darimu.”

Suara-suara itu tidak datang dari orang lain, tapi dari dirinya sendiri. Inilah yang disebut inner critic—suara batin yang terus mengkritik, menghakimi, bahkan menyalahkan kita.

Baca juga : Kenapa Aku Selalu Ngerasa Gak Cukup, Bahkan Saat Semua Sudah Ada?


Apa Itu Inner Critic?

Inner critic adalah bagian dari pikiran yang terbentuk sejak kecil, biasanya dari pengalaman, pola asuh, atau standar lingkungan. Ia muncul dengan niat awal untuk melindungi, tapi sering kali justru menyakiti.

  • Sumbernya: bisa dari komentar orang tua, guru, teman sebaya, atau pengalaman penolakan.
  • Bentuknya: suara yang merendahkan diri sendiri, rasa tidak pernah cukup, atau kecemasan berlebihan.
  • Efeknya: membuat kita merasa rendah diri, takut gagal, bahkan sulit mencintai diri sendiri.

Kenapa Kita Mudah Menyalahkan Diri Sendiri?

  1. Belajar dari Lingkungan Awal
    Jika sejak kecil kita sering dikritik tanpa dukungan, suara itu akan terekam sebagai “kebenaran.”
  2. Budaya Perfeksionisme
    Banyak dari kita tumbuh dengan keyakinan bahwa kesalahan adalah aib, bukan bagian dari belajar.
  3. Takut Kehilangan Penerimaan
    Kadang, kita menyalahkan diri sendiri agar orang lain tetap menerima kita. Seolah-olah dengan “menghukum” diri, kita bisa terhindar dari penolakan.

Bagaimana Menghadapi Inner Critic?

Mengusir inner critic sepenuhnya mungkin tidak realistis. Yang lebih penting adalah belajar berdialog dengannya dengan cara sehat.

  1. Sadari Kehadirannya
    Saat suara itu muncul, berhenti sejenak dan tanyakan: “Apakah ini fakta, atau hanya suara kritik batin?”
  2. Ubah Nada Bicara
    Bayangkan inner critic itu seperti anak kecil yang ketakutan. Balaslah dengan lembut: “Aku tahu kamu cemas, tapi aku sedang belajar.”
  3. Praktikkan Self-Compassion
    Alih-alih berkata “Aku bodoh sekali,” ubah menjadi “Aku sedang berproses, dan tidak apa-apa untuk salah.”
  4. Cari Dukungan
    Berbagi cerita dengan orang yang aman (teman, keluarga, konselor) bisa membantu kita keluar dari lingkaran kritik batin.

Inner critic mungkin tidak akan pernah hilang, tapi kita bisa belajar untuk tidak lagi dikendalikan olehnya. Dengan menyadari asal-usulnya, kita dapat mengubah cara bicara pada diri sendiri—dari penuh kritik, menjadi penuh kasih.

Jadi, saat suara menyalahkan itu datang lagi, ingatlah: kamu tidak harus percaya semua yang dikatakan pikiranmu.

Penulis : Leonardus Devi

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *