Media sosial telah menjadi bagian penting dalam kehidupan kita, memungkinkan akses mudah ke berbagai konten, dari gaya hidup influencer hingga opini netizen. Sayangnya, seringkali kita tidak menyadari bahwa beberapa kebiasaan negatif justru dinormalisasi dan diglorifikasi. Berikut beberapa kebiasaan buruk yang sering dianggap wajar di media sosial, padahal berdampak negatif.
1. Cancel Culture
Apa Itu Cancel Culture?
Cancel culture adalah tindakan massa yang melakukan public shaming terhadap individu atau pihak yang dianggap melakukan kesalahan atau memiliki opini kontroversial. Praktik ini biasanya dimulai oleh sekelompok orang dengan pandangan yang sama dan berkembang hingga mempengaruhi opini publik secara luas.
Dampak Positif dan Negatif
Di satu sisi, cancel culture bisa berfungsi sebagai kontrol sosial agar orang lebih berhati-hati dalam berperilaku dan beropini. Namun, cancel culture juga bisa disalahgunakan untuk memojokkan pihak tertentu tanpa memberi kesempatan klarifikasi. Hal ini dapat memicu emosi massa dan menghilangkan ruang bagi individu yang dicancel untuk memperbaiki diri dan belajar dari kesalahan.
Menghindari Dampak Negatif
Penting untuk tidak mudah terbawa emosi dan melakukan riset sebelum ikut dalam cancel culture. Ingatlah bahwa setiap orang bisa belajar dari kesalahan mereka dan berkembang menjadi lebih baik. Cancel culture yang berlebihan dapat menghambat potensi perkembangan seseorang.

2. Budaya Labrak yang Berujung pada Bullying
Apa Itu Budaya Labrak?
Budaya labrak melibatkan kelompok yang menyerang pihak tertentu, biasanya karena perselisihan pribadi, dan sering kali dipublikasikan di media sosial untuk mempermalukan pihak yang dilabrak. Ini bisa berupa serangan verbal atau fisik dan sering dianggap keren karena menunjukkan kekuatan kelompok.
Dampak Negatif
Aktivitas ini dapat berujung pada bullying, baik secara cyber, verbal, maupun fisik. Meski beberapa orang mulai menyadari bahwa labrak adalah bentuk bullying yang tidak seharusnya dilakukan, masih banyak yang menganggapnya sebagai tindakan setia kawan.
Menghindari Dampak Negatif
Sebaiknya tidak cepat menghakimi pihak yang dilabrak sebelum mengetahui duduk perkaranya. Jika konflik dapat diselesaikan dengan baik-baik, maka labrak tidak perlu dilakukan. Video atau tulisan yang dipublikasikan hanya dari satu pihak juga harus ditelaah dengan kritis.
Baca juga : 6 Cara Menghadapi Trust Issues
3. Membanggakan Kegiatan Julid
Apa Itu Julid?
Julid adalah tindakan iri dengki terhadap keberhasilan orang lain yang biasanya disampaikan dalam bentuk komentar atau unggahan menyudutkan. Meski berkonotasi negatif, sebagian orang merasa bangga untuk berjulid dan memamerkannya di media sosial.
Dampak Negatif
Julid dapat menghambat perkembangan diri dan menimbulkan kebencian berlebih terhadap orang lain. Menurut psikolog, julid sering dilakukan agar seseorang merasa lebih baik dari orang lain, namun justru membuat kita merasa kurang karena terus membandingkan diri.
Menghindari Dampak Negatif
Salah satu cara untuk berhenti julid adalah dengan menghargai dan menyayangi diri sendiri tanpa membandingkan dengan orang lain. Ingatkan teman yang suka julid untuk berhenti, dan batasi percakapan dengan mereka jika tidak mau berubah.
Baca juga : Mengenal Lebih Dekat Sindrom Patah Hati
Kesimpulan
Mengkritisi kesalahan orang lain memang penting, terutama jika merugikan banyak orang. Namun, cara menyampaikan kritik harus diperhatikan agar tidak merugikan. Jika Anda memiliki kebiasaan-kebiasaan buruk di atas, mulai kurangi sekarang. Dengan begitu, kita bisa menciptakan lingkungan sosial yang lebih baik dan berkembang menjadi pribadi yang lebih baik lagi.

Referensi: