Kalau Kamu Terus Memendam, Siapa yang Akan Menyelamatkanmu?

Kamu tetap datang kerja. Tetap bisa tertawa saat berkumpul dengan teman. Tapi di dalam hati, rasanya seperti menahan napas yang tak kunjung dilepaskan.

Memendam perasaan bukan hal asing. Banyak dari kita melakukannya. Tapi pertanyaannya: sampai kapan?

Kenapa Kita Memilih Memendam?

Setiap orang punya alasan berbeda, tapi beberapa hal yang paling umum adalah:

1. Takut Dianggap Lemah

Sejak kecil, banyak dari kita diajari untuk “kuat” dan “jangan cengeng”. Menunjukkan emosi dianggap memalukan. Maka kita belajar diam.

2. Tidak Ingin Membebani Orang Lain

Kamu mungkin berpikir, “Mereka juga sudah cukup sibuk. Masalahku tidak sepenting itu.” Akhirnya, kamu memilih bungkam.

3. Tidak Tahu Harus Cerita ke Siapa

Sulit terbuka bukan berarti tidak mau, bisa jadi kamu belum menemukan orang yang cukup aman untuk menjadi pendengar yang bisa dipercaya.

Apa yang Terjadi Jika Emosi Terus Dipendam?

Memendam bukan berarti menyembuhkan. Emosi yang ditekan tidak lenyap begitu saja, ia hanya berubah bentuk.

Beberapa tanda umum dari emosi yang dipendam:

  • Sering merasa jenuh tanpa alasan
  • Emosi meledak karena hal sepele
  • Tubuh sering lelah atau mudah sakit (psikosomatik)
  • Sulit tidur atau mimpi buruk
  • Menarik diri dari orang-orang terdekat

“Luka yang tidak disentuh, tidak akan sembuh. Luka yang dipendam terlalu lama, bisa berubah jadi beban.”

Contoh Nyata dalam Kehidupan Sehari-hari

  • Seorang pekerja yang selalu terlihat ceria di kantor, tapi sering menangis diam-diam di kamar mandi.
  • Seorang ibu rumah tangga yang memendam rasa lelah dan kesepian karena merasa harus selalu kuat di depan anak-anak.
  • Seorang mahasiswa yang merasa gagal, tapi tidak pernah berani cerita karena takut dianggap tidak mampu.

Semua ini nyata. Dan jika kamu merasakannya, kamu tidak sendirian.

Lalu, Apa yang Bisa Dilakukan?

Kenali dan Akui Apa yang Kamu Rasakan

Ambil waktu untuk jujur pada diri sendiri. Apa yang kamu rasakan sekarang? Sedih? Kecewa? Takut? Tulis di jurnal harian atau rekam sebagai voice note.

Temukan Orang yang Aman

Kamu tidak harus bicara pada banyak orang. Satu orang yang benar-benar mendengar tanpa menghakimi sudah cukup untuk jadi tempat berpijak.

Baca juga: Healing Bukan Lari dari Masalah, Tapi Hadir Penuh pada Luka

Konsultasi dengan Profesional

Psikolog atau terapis bisa menjadi ruang aman untuk membongkar beban dan menyusunnya kembali secara sehat. Tidak ada yang terlalu kecil untuk diceritakan dalam ruang terapi.

Kamu Tidak Harus Menyelamatkan Diri Sendiri, Sendirian

Jika kamu terus memendam, siapa yang akan menyelamatkanmu?

Jawabannya bisa dimulai dari kamu sendiri, saat memutuskan untuk berhenti diam. Tapi kamu tidak perlu menanggung semuanya sendiri.

Di Orama Psikologi, kami menyediakan ruang aman bagi kamu yang siap pulih, perlahan namun pasti.

Memberi Izin pada Diri untuk Didengar

Memendam membuatmu terlihat kuat, tapi membuka diri adalah bentuk keberanian yang sebenarnya.
Kamu tidak harus punya kata-kata sempurna. Kamu hanya perlu mulai. Jika kamu siap untuk mulai bicara, kami siap mendengarkan.

Salam Hangat, Leonardus Devi

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *